Kaledonia Baru: Potongan Surga Di Samudra Pasifik

Kaledonia Baru

Kaledonia Baru merupakan sedikit sisa kolonialisme di kawasan Samudera Pasifik. Jajahan Prancis ini mempunyai luas sekitar 18,576 km2 dengan penduduk sekitar 258 ribu jiwa. Noumea, ibukotanya memiliki jumlah penduduk sekitar 100.000 jiwa. Kota ini terletak di barat daya negara itu, tepatnya di semenanjung di pulau utama. Keledonia Baru ditemukan oleh penjelajah James Cook pada 4 September 1774 ketika melakukan perjalanan keduanya di kawasan Pasifik. Ia menamakan wilayah ini New Caledonia karena teringat tanah kelahirannya, Skotlandia.

Pada masa Napoleon III, Kaledonia Baru secara resmi  diambilalih oleh Prancis pada 24 September 1853 dan pada 25 Juni 1854 membangun Noumea yang sekarang menjadi ibu kota. Keladonia Baru dijadikan tempat pembuangan narapidana antara 1864-1897. Diperkirakan sekitar 22.000 narapidana dibuang ke sana hingga Gubernur Prancis di Kaledonia Baru, Paul Feillet memberi penghapusan hukuman dan kembali ke kampung halaman mereka. Kemudian diputuskan imigran dari Asia datang be-kerja di pertambangan dan perkebunan di wilayah ini.


Sekitar 40 persen jumlah penduduk adalah penduduk asli yang disebut orang Kanak, 29 persen orang Eropa, 8,7 persen lainnya orang Fotuna atau Walis, Tahiti 2 persen dan sejumlah penduduk dari berbagai etnik. Namun yang menarik ialah sekitar 1,6 persen penduduk berasal dari Jawa (Indonesia). Mereka inilah keturunan para pekerja yan dikontrak Prancis dari Jawa pada abad ke 1

Mayoritas penduduk, yakni 75 persen memeluk agama Katolik Roma, sementara penganut Protestan 15 persen dan animisme lima persen. Namun yang menarik menurut catatan dari Republika sebanyak 25 ribu di antaranya atau lima persen dari populasi adalah Muslim. Selain dari Jawa, umat Islam di Kaledonia Baru datang dari Aljazair, Somalia, negara-negara Arab, dan Maroko. Muslim asal Aljazair dahulunya adalah tahanan poli-tik yang dikirim ke Kaledonia Baru pada 1872. Umat Islam kebanyakan tinggal di bagian utara Kaledonia Baru.

LAGU NIKE ARDILLA DI NOUMEA
Kami dari Travelgad beruntung bertemu Teddy Mohammad, 32 tahun, orang Indonesia berbahasa Prancis dan tinggal Di Noumea. Pria ini bercerita soal kehidupan di Kaledonia Baru, di antaranya ukuranyang disebut ke luarga untuk menentukan besarnya etnik,bukan hanya statistik. Menurut Teddy terdapat sekitar 300 keluarga yang berasal dari Indonesia. Sebagian besar di antaranya sudah merupakan kelahiran Kaledonia Baru. Bahkan ada orang asal Indonesia boleh dibilang generasi blasteran. Mereka bekerja di berbagai bidang, termasuk berhubungan dengan nikel yang menjadi tulang punggung ekonomi Kaledonia Baru. Orang Indonesia, terutama orang asal Jawa banyak tinggal di Nouema, tetapi ada juga tinggal di Kone.
Teddy Mogammad
Teddy Mogammad 
Teddy Mohammad tinggal di Noumea sejak usia dua tahun ikut neneknya. Pria kelahiran 1982 ini bekerja sebagai karyawan bagian penjualan di sebuah toko alat musik di ibukota Kaledonia Baru itu. Sekalipun hanya karyawan sebuah toko, tamatan sebuah lycee (setingkat SMA) mampu menghidupi istri yang asli Kanak dan kedua anaknya. Pasalnya gaji minimum di negara itu setara dengan Rp20 juta per bulan bila dikonversi-kan ke rupiah.

“Sayangnya biaya hidup di Noumea juga tinggi, untuk naik bus sekali jalan saja Rp20 hingga 30 ribu. Harga beras satu kg 200 franc Pasific atau setara dengan Rp30 ribu. Namun bir dijual sebotol 135 Franc Pasific atau setara dengan Rp15.000,” ujar Teddy. Sementara setiap warga berhak mendapatkan pendidikan gratis. Sayangnya masih ada diskriminasi dalam soal pekerjaan. Orang Eropa lebih mudah mencari kerja dibanding dengan orang kulit berwarna.


Di Kaledonia Baru terdapat minoritas muslim. Namun mereka bukan hanya orang Indonesia, tetapi juga dari India dan Arab. Di antara mereka menurut cerita Teddy hanya 50 keluarga yang santri. Di Kaledonia Baru terdapat dua masjid. Satu di Noumea dan satu lagi di Kota Bourail yang banyak  terdapat penduduk keturunan Arab. Imam masjidnya orang India bernama Mustafa. Orang Indonesia asal Jawa selain di noumea ada juga yang tinggal di Kone. Di sana ada seorang ustad asal Jawa.

Perjalanan sejarah orang jawa di Kaledonia mengalami banyak perubahan. Pada masa kejayaan kolonial banyak orang Jawa pindah ke agama Kristen. Tetapi dasawarsa terakhir ini keturunan mereka kembali memeluk agama Islam. Dulu di awal kedatangan banyak orang Jawa di kebun kopi di kawasan Canala (masih di pulau utama). Mereka sholat di sebuah padang rumput. Pada masa itu pemerintah kolonial Prancis melakukan larangan untuk sholat.

Hingga kini keturunan orang Jawa di Canala menunju lapangan rumput itu sebagai tempat berzikir. Sebagian orang Jawa di Kaledonia memandang ritual dalam agama Islam bukan agama tetapi adat, seperti merayakan Hari Idul fitri. Percampuran orang Jawa dengan orang Kanal menimbulkan efek lain. Belakangan banyak orang Kanak yang pindah ke agama Islam. Menurut cerita Teddy, istrinya berencana menjadi mualaf dan kedua anaknya sendiri sudah menjadi muslim.

Di Noumea tidak terdapat mal besar, ada sejumlah pusat perbelanjaan namun besarnya paling-paling sebesar Lotte di Jakarta. Bioskop-bioskop kebanyakan memutar film dari Prancis. Itu sebabnya Teddy lebih kenal dengan aktor dan aktris Prancis seperti Mathieuw Kassovitz, Sophie Marceau, Gerald Depardieu, Virginie Ledoyen, dibandingkan dengan bintang Hollywood dan bintang Indonesia. Orang Kanak juga mempunyai musik sendiri yang tak kalah indahnya.

“Saya pernah mengenal sebuah lagu dari almarhum Nike Ardilla yang diterjemahkan ke Bahasa Kanak dan lagu Koes Plus berjudul Why Do You Love Me dikenal orang Indonesia maupun orang Kanak di Noumea,” tutur Teddy yang ditemui Plesir ketika mudik ke rumah orangtuanya di Jakarta akhir Ramadan lalu. Dia lebih berbahasa Prancis dibandingkan Indonesia, apalagi Inggris.