Taufik Hidayat Udjo “Saya Ingin Gelar Temu Angklung Dunia”

Mengenal Saung Angklung Udjo tentu kita akan belajar banyak dengan Taufik Hidayat Udjo, karena beliaulah sekarang yang diberi amanat untuk terus mengelola sanggar angklung tersebut. banyak capaian prestasi SAU setelah beliau tangani. dan masih banyak lagi impian-impian yang belum terlaksana, diantaranya keinginan untuk menggelar temu angklung Angklung dunia.

Taufik Hidayat Udjo
Taufik Hidayat Udjo
Taufik Hidayat Udjo
Taufik Hidayat Udjo anak ke Sembilan dari sepuluh bersaudara mengingat dengan baik salah satu perkataan ayahnya Udjo Ngalagena. Itu artinya ketiga anaknya sekalipun ayahnya kini adalah Chief Executive Officer dari Saung Angklung Udjo (SAU), anak-anaknya tidak akan dipaksa mengikuti jejaknya.

Sekalipun secara tradisi mereka yang terlibat dalam saung angklung karena ayahnya adalah pemain angklung. Memang pola sekarang berbeda dengan pola ketika saya masih anak-anak dulu, kata alumnus sebuah sekolah tinggi ekonomi di Kota Bandung ini ketika ditemui Travelgad suatu Senin dalam medio Mei lalu. Kang Opik demikian panggilan rekan-rekan dan karyawannya sampai kini ia tidak tahu persis mengapa dirinya yang ditunjuk untuk melanjutkan SAU. Yang diingatnya sekitar 1995 dalam rapat keluarga ia diminta untuk memimpin saung. Tentunya tugas yang tidak ringan, selain harus mengembangkan angklung agar tidak terlindas zaman, ia harus memimpin kakak-kakaknya sendiri. 

Menurut cerita Taufik ayahnya Udjo memainkan angklung berkeliling kampung hingga menyusuri Kota Bandung menjadi semangat berdirinya SAU sejak 1966. Sang istri yang melahirkan 10 anak dari Kang Udjo pun punya peran. Tim kecil permainan angklung terbentuk dari keluarga besar ini. Kang Udjo mewariskan keterampilan musik tradisional ini kepada semua anaknya. Sang ayah memperkenalkan angklung dari hotel ke hotel dengan sepeda agar berkunjung ke saung angklung.
Saung Angklung Udjo
Saung Angklung Udjo
Ketika ditunjuk mengambil alih SAU, ia menerapkan prinsip profesionalisme. para pemegang jabatan mengajukan program apa yang akan dilakukan dan anggaran yang dibutuhkan. Pada waktu dia baru menjabat boleh dibilang setiap hari sekitar 200 turis (kebanyakan) Jerman, Belanda ke saungnya. Bisnis saungnya berkembang menjadi bernilai miliaran rupiah. Sayangnya, SAU seperti halnya bisnis lain menghadapi krisis 1998. Untuk menyelamatkan keberadaan saung, saya memutuskan memotong gaji untuk top management. Hal ini agar ratusan karyawan di bawah tetap bisa mendapatkan upah kenang Taufik.