ONE


Terkadang memang terlihat aneh kalau kita perhatikan berbagai perlombaan di dunia. Semua pihak berupaya keras untuk bisa menempati posisi nomor satu. Entah ada rahasia apa sehingga angka satu menjadi favorit hampir di segala sisi kehidupan manusia. Hingga sebagian kita akan sangat bangga jika menempati tempat ‘teratas’ baik di sekolah dulu maupun untuk urusan pekerjaan.

Padahal yang sebenarnya angka satu hanyalah menunjukkan urutan siapa yang lebih dulu mencapai target. Namun kenyataannya ia seolah menjadi bentuk prestasi satu-satunya yang melambangkan kesuksesan. Ironisnya, tak sedikit para ‘pemenang’ nya yang mengalami kegagalan, dan kebanyakan justru terjadi dalam realita kehidupan mereka sendiri. Sayangnya lagi, prestasi di masa lalu yang mengundang popularitas tak bisa mengobati malah sebaliknya membuat semakin parah rasa frustasi saat mengingatnya.

Mungkin kita perlu menganggap angka satu sebagai wujud sebuah keputusan ya atau tidak. Seperti bilangan biner yang mengatur segala proses komputasi peralatan canggih di seluruh dunia. Kombinasi berbagai ‘keputusan’ yang tepatlah yang memberi keunggulan tersendiri. Tak heran jika sosok yang sadar akan hal itu tidak tergoda untuk menjadi pribadi nomor satu. Justru orang lain yang sibuk memberi penilaian dan menyematkan gelar tertinggi pada dirinya yang cenderung semu.

Prestasi yang sebenarnya adalah bagaimana kita bisa mengambil keputusan ya atau tidak sesuai hasrat, kemampuan dan tanggung jawab yang diemban. Sementara, benefit yang muncul lantaran upaya yang kita lakukan merupakan pemberian Sang Pencipta. Jadi untuk apa mengejar sesuatu yang cuma dinilai oleh manusia seperti kita. Bukankah Tuhan sudah menjanjikan anugrah bagi siapapun yang berbuat kebaikan meski tak menjadi nomor satu di dunia?