Melacak Potongan Surga di Negeri Terang


Kawasan Bolaang Mongondow menyimpai berbagai obyek wisata alam yang tak banyak diketahui orang, berupa air terjun, danau, pantai bahkan pulau.

Ada yang menyebut bahwa Kota Kotamobagu adalah gudang gadis-gadis molek. Mungkin saja, seperti anggapan sebagian orang terhadap gadis-gadis di Manado. Tetapi tak banyak yang tahu bahwa yang menarik dari kota otonom (dari hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow) adalah lingkungan yang berada di “tengah hutan” dan di kelilingi gunung-gunung berapi yang aktif. Kondisi ini membuat pesona sendiri bagi yang memandang kota seluas sekitar 184 km2 dari luar kota dan dari dalam kota. Kotamobagu adalah gerbang untuk memulai menjelajah kawasan Bolaang Mongondow. Sayangnya kota yang indah hanya mempunyai beberapa lokasi wisata di Kotamobagu, di antaranya Air Terjun Molipungan. Lokasinya hanya berjarak sekitar tujuh kilometer dari pusat kota, tepatnya di Kelurahan Kobo Besar. Keunikan air terjun ini ialah ketinggian hingga tujuh tingkat yang terjuntai dengan sangat indah.
Patung Bogani Kotamobagu
Patung Bogani Kotamobagu
Di pusat kota terdapat Patung Bogani, ikon kota dan juga simbol pimpinan masyarakat Bolaang Mongondow pada zaman dahulu. Patung yang berada tepat di pertigaan Kotobangon dan Osion. Letaknya bersikutan dengan seutas jembatan yang di bawahnya sungai mengalir. Patung Bogani menggambaran sosok manusia, bersenjatakan tombak dan perisai. Tingginya lebih dari tiga kali manusia dewasa berwarna coklat tua. Patung Bogani di Kotobangon dibangun saat pemerintahan Bupati Oe.N. Mokoagow dan yang membuatnya adalah Tawakal Mokodompit pada 1970-an.
Dahulu kala Bolaang Mongondow berada di bawah kepala-kepala kelompok atau pimpinan ini disebut Bogani (yang berarti gagah dan berani) sebelum menjadi kerajaan sekitar abad ke 15. Hubungan raja-raja di sini berdasarkan cerita tutur berhubungan dengan raja-raja Minahasa lainnya dan Sangir Talaaud. Nama bolaang mongondow sendiri berasal dari dua kata, bolaang berarti menjadi terang atau terbuka dan tidak gelap karena terlindung oleh pepohonan yang rimbun dan mongondow berarti berseru tanda kemenangan.

Yang menarik walau raja-raja yang namanya berbau Kristen, tetapi sejak pemerintahan Raja Cornelius Manopo (1825-1829), rajanya menganut Islam dan diikuti rakyatnya. Setelah itu turun temurun raja-raja di sini memeluk Islam. Belanda baru mengusai Bolaang Mongondow pada 1901 ketika diperintah Raja Riedel Manuel Manopo. Raja terakhir adalah raja Henry Yusuf Conerlius Manopo memerintah pada 1947-1950. Kuburan Raja DC Manoppo (salah satu raja) serta rumah adat Bobakidan (rumah raja) adalah tempat bersejarah yang tak bisa dilewatkan bila Anda singgah di Kotamobagu.
Penginapan di Kotamobagu didominasi hotel kecil dan losmen yang pada umumnya tersebar di bagian pusat. Bagian pusat ini unik karena bentuknya seperti pasar dan tempat penginapan berada di area ruko-ruko perkantoran. Di antara hotel yang terkemuka di kota ini ialah Senator Resort Hotel dan Tamasya Garden Hotel yang berlokasi di Jalan Yusuf Hasiru.

Bertemu “Putri bangsawan” di Pantai Modisi
Sepintas Modisi hanya sebuah desa yang terletak di sebelah timur Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Desa yang jarang terdengar sebagai destinasi wisata itu diam-diam mempunyai sebuah pantai yang menawarkan panorama alam yang menyegarkan mata. Akses jalan ke pantai yang elok ini cukup bagus. dapat ditempuh dengan kenderaan roda 4 selama kurang lebih 5 jam perjalanan dari Manado. Di tempat ini wisatawan bisa menemukan sepotong surga.
Kelebihan Pantai Modisi terletak pada hamparan garis pantai yang luas dengan pulau pasir yang indah yang biasa disebut dengan Pulau pasir Victory dan dikelilingi oleh hutan Mangrove. Selain berenang di tepian laut wisatawan pengunjung Pantai Modisi tak hanya bisa berenang di tepian pantai juga, tapi juga bisa menjelajah karang nan elok itu.
Keindahan Pantai Modisi
Keindahan Pantai Modisi
Kekuatan lain dari Pantai Modisi juga memiliki keindahan taman bawah laut yang sangat indah dimana terdapat terumbuk karang yang masih terjaga keaslianya. Taman bawah laut ini menyimpan kekayaan biota aneka spesises seperti lobster, kepiting, ikan goropa dan kaya dengan aneka ragam bentuk dan warna terumbu karang. Spot tempat penyelaman ini berada sekitar dua kilometer dari bibir pantai. Penduduk memanggilnya “Putri Bangawan”. Untuk mencapai spot diving “Putri Bangsawan”Anda hanya perlu merogok kocek sebesar Rp. 30.000,- per orang menggunakan speedboat Pantai Modisi yang berhadapan langsung dengan Teluk Tomini, mempunyai hampir 5.000 meter persegi wilayah petumbuhan karang. 

Para diver bisa menemukan berbagai macam karang antara lain, table coral, seafan, hingga sponge Anda dapat menikmati sesajian aneka kuliner khas Modisi berupa Ikan Bakar Rica yang diolah dari ikan segar yang bisa dipilih sendiri oleh para pengunjug. Tersedia juga aneka jajanan seperti Pisang Goreng Goroho, Tinutuan(Bubur Manado), dan Kelapa Muda. Indahnya Pantai Modisi dapat disamakan dengan Wisata Bunaken yang sudah lebih  terkenal di Sulawesi Utara.

Selain Pantai Modisi terdapat pantai indah lainnya dalam wilayah Bolaang Mongondow Selatan, tepatnya terletak dalam wilayah Desa Kombot Kecamatan Pinolosian yaitu di sebelah timur kota Molibagu. Struktur pantai ini boleh dibilang masih alami dengan kerikil-kerikil halus yang bertebaran di sepanjang pantai. Kenikmatan panorama pantai didukung oleh keberadaan sejumlah rumah makan yang menyajikan makanan khas daerah.

Masih di Kabupatan Bolaang Mongondow Selatan terdapat potensi wisata baru yang disebut Wisata Taman Hiu. Lokasi ikan Hiu ini sendiri hanya terletak di bagian Desa Batuliodu Kecamatan Posigadan. populasi Hiu di Bolsel dapat diasumsikan karena makanan yang dengan mudah didapat maupun karena proses rekoproduksi yang lebih nyaman dilakukan ikan hiu di Bolsel. Pihak pemkab Bolsel seharusnya bisa menjadikan menjadi obyek wisata yang bisa menarik turis mancanegara.

Danau Mooat: Bertemu Ikan Langka
Potongan surga lain yang menarik ialah sebuah danau yang terletak di kecamatan Modayag, kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan berjarak sekitar 50 kilometer dari Kotamobagu. Namanya Danau Mooat, danau yang berumur ratusan ribu tahun dan terbentuk pada kubangan kawah di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut. Danau ini dikelilingi hutan lebat di atas bukit-bukit. Bila Anda mengunjungi danau ini akan terlihat hamparan air jernih serasi sekali dengan warna hijau dan udara sejuk yang menyergap tubuh Anda.
Kemolekan Danau Mooat
Kemolekan Danau Mooat
Untuk menikmati kemolekan Danau Mooat Anda bisa menuju salah satu puncak bukit yang berada tidak jauh dari Danau Tondok. Di puncak bukit ini pemandangan indah Danau Mooat menyembul di antara perbukitan yang masih cukup hijau meskipun sebagian hutan telah dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan. Di puncak bukit terdapat tower. Anda dapat ini juga sesekali mendengar teriakan binatang-binatang dari dalam hutan. Perpaduan yang harmonis Selain itu terdapat sebuah dermaga dimana pengunjung menikmati keindahan danau dari jarak yang cukup dekat. Sambil menikmati kecantikannya, Anda juga bisa memancing. Anda dapat menemukan ikan Sidat atau ikan Sogili ini, sebaiknya anda lepaskan kembali. Karena ikan ini merupakan ikan langka yang dilindungi. Untuk peralatan memancing, Anda bisa menyewa dengan harga Rp.5.000. Kenikmatan Danau Mooat akan semakin lengkap apabila matahari akan terbenam, pas bagi mereka yang suka berfoto selfie.

Pulau Tiga: Tak Kalah dari Great Barrier Reef
Potongan surga berikutnya adalah Pulau Tiga, pulau- pulau yang tidak dihuni oleh manusia yang terletak di Laut Cina Selatan, dekat pesisir Sabah, Malaysia. Pulau ini terbentuk pada 21 September 1897 ketika gempa bumi yang melanda Mindanao menyebabkan letusan gunung berapi dekat Borneo.Jarak pulau tiga hanya satu kilometer dari pantai di Desa Pasir Putih, Kecamatan Sangtombolang, Kabupaten Bolaang Mongondow. Pulau yang dipenuhi pohon kelapa, milik keluarga Raja Datu Cornelis Manoppo (1901), keturunan Raja Corenelius Manoppo, raja ke-16 (1832). Untuk menuju ke tepi pulau gugus tiga, hanya memakan waktu 20 menit,menggunakan perahu motor katinting,,Luas pulau hanya belasan hektare. Di saat hari tertentu, seperti hari libur warga sekitar menjadikan tempat wisata. Jarak dari pulau satu ke pulau yang lain, harus menggunakan perahu motor. Waktu tempuhnya sekitar 5 menit atau sekitar 100-200 meter. Sekitar seratus meter dari bibir pantai, nampak lekukan petak kebun.
keindahan Pulau Tiga
Pulau Tiga
Terdapat banyak biota laut langka di dunia Bahkan biota-biota tersebut tidak dimiliki oleh Great Barrier Reef, Australia, yang sangat termasyhur itu.Habitat di Pulau Tiga yang terdiri dari Pulau Tundonia, Pulau Tenga, dan Pulau Panikj ini memang tidak sembarangan. Selain biota langka, perairan tersebut dihuni oleh ikan, terumbu karang, dan moluska yang amat beragam. Di antaranya adalah keelokan dua kima langka yang mendekam di dasar laut Pulau Tiga, yakni Tridacna deresa dan Tridacna gigas (kima raksasa).

Pesona kima raksasa ini sungguh menggoda para penyelam (diver) karena menampilkan bentuk dan corak warna yang aduhai indahnya. Terdapat beberapa kelebihan Pulau Tiga dijadikan lokasi diving, di antaranya suhu air laut permukaan yang mencapai 29,9 derajat Celsius dan suhu pada kedalaman 10 m tercatat 29.50 derajat Celsius. Dengan suhu tersebut, penyelam dan perenang dapat bertahan di laut untuk jangka waktu cukup lama. Keuntungan lagi bagi para penghobi diving ialah kecerahan air laut berkisar 16 - 30 m, sehingga jarak pandang cukup jauh.
Keindahan Bawah Laut Pulau Tiga
Keindahan Bawah Laut Pulau Tiga
Sejumlah sumber merekomendasikan bahwa objek memikat untuk diselami terdapat disebelah barat Tundonia dan Tenga. Di situ, karang-karang lunak (soft coral) tumbuh dan berkembang subur. Marga Sarcophy-ton dan Sinularia mendominasi habitat tersebut. Penggemar lili laut dapal memuaskan keinginannya untuk melihat langsung marga Stephanometra dan Comanthus. Lili laut yang memiliki variasi warna sangat kaya serta bentuk artistik itu merupakan salah satu ciri khas Pulau Tiga. Lokasi selam yang tak kalah elok sebenarnya juga dapat dilihat di bagian utara Pulau Paniki. Hanya saja Anda harus lebih berhati-hati karena pada musim-musim tertentu (peralihan), arusnya cukup kencang.

Pulau Molosing: Belajar Biologi Sambil Wisata
Selain Pulau Tiga, Pulau Molosing yang terle-tak di Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata berbasis alam. Hal ini disebabkan karena adanya dua potensi yang paling penting, yaitu keanekaragaman hayati dan asesibilitas-nya. Beberapa jenis habitat ditemukan di pu-lau tersebut yang meliputi terumbu karang, formasi pantai, bakau, dan hutan hujan.

Untuk bisa sampai ke Pulau Molosing, dibutuhkan waktu sekira 3,5 jam perjalanan darat dari Manado (ibukota Provinsi Sulut) sampai ke Lolak (ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow). Dari sini Anda masih membutuhkan sekitar 15 menit lagi dari pusat kota Lolak ke lokasi penyeberangan menuju Pulau Molosing dari Pantai Bungin. Lalu, dengan perahu motor katinting milik warga setempat, butuh waktu sekira 20 menit untuk sampai ke tepi pasir putih Pulau Molosing.
Pulau Momosing
Pulau Momosing 
Luas Pulau Molosing diperkirakan 200 ha dengan tepian pulau dikelilingi oleh paduan beberapa substrat. Ada pasir putih, paduan pecahan karang dan cangkang moluska, lalu pada bagian lain terdapat pantai berbatu dan tumpukan bebatuan besar, serta di bagian lain terdapat pantai bersubstrat pasir lumpur di sekitar pepohonan bakau. Variasi pantai menjadi tempat belajar menarik bagi pelajar maupun mahasiswa yang hendak memperdalam mengenai morfologi pantai. Apalagi diperkirakan, pulau ini sepertinya terbentuk dari aktivitas vulkanik pada masa lalu, yang antara lain ditandai dengan tumpukan bebatuan besar yang memanjang sampai ke daratan pulau.

Air di pantai umumnya jernih, relatif bersih, dan cukup hangat. Kuat dugaan, masih ada aktivitas geotermal di sekitar pantai Molosing ini. Apalagi menurut cerita warga yang kebetulan motoris di desa terdekat, pernah dijumpai telur maleo yang tertimbun di sekitar daratan pulau. Namun tidak ada informasi yang menyebutkan kalau di sekitar pantai ini terdapat lokasi peneluran penyu. ekosistem mangrove dijumpai terbatas di beberapa bagian pulau. Jenis lolaro dan makurung mendominasi areal hutan bakau ini.

Jadi tidak keliru kalau Anda dapat melacak potongan surga di Negeri Terang di Bolaang Mongondow.